Sejarahpedang Zulfikar. Tidak ada yang tahu pasti asal usul pedang Zulfikar. Parhlo meriwayatkan bahwa pada saat perang Badar, Nabi Muhammad SAW mematahkan ranting, dan karena mukjizat Allah, ranting itu menjadi pedang Zulfikar. Ada juga yang berpendapat bahwa pedang ini dikirim oleh Allah melalui Jibril saat Rasulullah SAW berdoa di
Penulis Muhamad Seftia Permana Vjay Teringat agenda komunitas Jelajah Gunung Bandung beberapa waktu lalu “Nyusur Gunung Padalarang”. Kegiatan ini dimulai pada jam 9 pagi dan berakhir pada waktu selepas Magrib. Perjalanan dimulai dengan terlebih dahulu mengunjungi Gunung Bakung, kemudian dilanjut ke Gunung Puter, Gunung Pasir Lampegan, Gunung Pancalikan, Gunung Halimun dan diakhiri dengan mengunjungi Gunung/Tebing Hawu. Gunung-gunung Kapur yang terbentang dari Padalarang hingga Rajamandala merupakan jejak peradaban yang memiliki kemungkinan puluhan atau ratusan tahun ke depan hanya tinggal menyisakan cerita. Mengingat, di kawasan yang berdebu itu banyak aktifitas tambang yang tentunya beroireintasi komersil. Meski hal ini bertolak belakang dengan peraturan perundang-undangan, namun, tuntutan ekonomi, menjadi pembenaran atas aktifitas tambang yang terjadi. Di luar sekelumit persoalan terkait Tambang vs Aturan, sebenarnya Gunung Kapur yang terbentuk selama Jutaan tahun ini, bisa menjadi salah satu area terpadu yang diperuntukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Mulai dari sisi Sejarah, Budaya, Ilmu Batuan, Lanskap Pariwisata, dan ilmu lainnya yang menyangkut kebumian. - Advertisement -Yang menarik untuk didiskusikan di Gunung Padalarang ini, Bukan hanya tentang jejak laut yang kini berupa Gunung-gunung kapur saja, ada hal lain yang perlu diketahui dan juga menjadi sumber pengetahuan bagi kita semua, yaitu, di antara bentangan gunung-gunung kapur itu, terdapat beberapa gunung yang memiliki karakter yang berbeda, seperti Gunung Halimun yang berada di sebelah barat Gunung Pancalikan. Untuk posisi kaki Gunung Halimun masih relatif sama dengan yang lain, tanah keras dan batu menjadi pijakan kaki, yang membedakan adalah ketika menjelang puncak, hutan yang masih asri, banyak ditumbuhi pohon-pohon seperti gunung lain yang memang memiliki vegetasi hutan yang lebat. Dari kejauhan pun, perbedaan ini cukup terlihat kontras di antara Gunung kapur yang membentang. Perbedaan lainnya, persis di puncak Gunung Halimun yang memanjang ini, terdapat makam atau tempat ziarah. Dari lima makam yang berada di puncak sebelah Barat, hanya terdapat dua makam yang bernama beridentitas, yaitu, Makam Eyang Pager Barang Gn. Halimun dan Eyang Kian Santang Gunung Halimun. Hal lain yang membedakan tempat ini adalah lingkungan yang terawat, benar-benar terawat dengan baik sampai-sampai di sepanjang puncak yang lumayan rimbun itu, terdapat jalan memanjang dilengkapi dengan tanaman-tanaman kecil yang warna-warni menjadi batas pinggir jalan yang memanjang mengikuti jalan tanah, mirip seperti di negeri dongeng, sangat cantik. Tanpa adanya kuncen atau juru kunci dan keterangan informasi dari cerita dan bukti sejarah, sangat sulit bagi kami untuk tahu apa seperti apa keberadaan makam yang berada di Gunung Halimun tersebut, mengingat, di sekitar makam sangat minim papan informasi. Banyak jejak di sini, tinggal kita menggali bukti-bukti sejarah dan informasi lain, lalu dikumpulkan untuk kemudian kita bahas dan diskusikan untuk pengembangan wawasan kita semua.[] - Advertisement -
Eps45 Pedang Sinar Emas Karya Kho Ping Hoo Melihat jalannya sinar tongkat, Bi Hui dapat menduga bahwa ilmu silat itu hampir sama dengan ilmu pedang karena gerakannya seperti ilmu pedang,
- Legenda Rawa Pening merupakan legenda yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah. Rawa Pening merupakan danau alami yang memiliki luas ini berada di empat wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyubiru. Danau terletak di cekungan antara Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Danau menjadi obyek wisata dan tempat memancing ikan menggunakan Legenda Rawa Pening Legenda Rawa Pening berawal dari sebuah desa yang bernama Desa Ngasem, terletak di kaki Gunung Telomoyo. Baca juga Rute ke Gunung Gajah Telomoyo, Salah Satu Spot Melihat Rawa Pening Desa tersebut dipimpin oleh kepala desa yang arif dan bijaksana yang bernama Ki Sela Gondang. Ia memiliki seorang putri berparas cantik yang bernama Endang Sawitri. Pada suatu hari, desa membutuhkan tolak bala berupa pusaka sakti sebagai syarat agar penyelenggaraan acara merti desa dapat berjalan lancar. Lalu, Endang Sawitri diutus untuk meminjam pusaka sakti milik Ki Hajar Salokantara, sahabat Ki Sela Gondang. Ki Hajar Salokantara memberikan pesan kepada Endang Sawitri supaya ia tidak meletakkan pusaka di atas pangkuannya. Lakukanlahdi saat terang bulan setiap tanggal 14 bulan Kasadha." Kepercayaan itu sampai sekarang ada, hingga kini di puncak Bromo tiap tahun pada bulan pertama tahun Jawa, yaitu bulan Asyura masih diadakan upacara Kasadha. Amanat cerita asal-usul nama Pegunungan Tengger ini adalah agar kita selalu menepati janji.

Sudah dua tahun saya dengan orang tua berada di Padalarang, dari kota Bandung pindah ke Kabupaten Bandung kemudian pindah ke Kabupaten Bandung Barat. Keputusan pindah-pindah rumah bukan karena apa-apa namun menyesuaikan dengan keaadan ekonomi yang cukup. Di Padalarang ini kami sekeluarga betah dan nyaman tinggal disini. Di rumah kontrakan yang cukup luas. Ada tradisi di keluarga kecil kami ini. Setiap sedang makan siang kami selalu bercerita, baik tentang keluarga atau lainnya. Masing teringat menu masakan ibu yang khas dengan sambal baladonya dan kala itu saya bercerita mengenai asal-usul nama Padalarang. Kemudian, cerita saya ini membuat Ibu saya bernostalgia akan masa mudanya yang pernah praktik kerja di Pabrik Kertas dekat Stasiun Bandung Barat itu. Cerita itu, akan saya kisahkan kembali disini. Asal Usul Nama Padalarang Saya memang penyuka buku dan sering membeli buku namun tak banyak juga bukubuku di rumah kontrakan kami, tetapi ada tulisan menarik bagaimana nama Padalarang itu muncul, Ryzki Wiryawan dalam bukunya Pesona Sejarah Bandung Hingga Awal Abad ke-20, diterbitkan oleh Penerbit Layung. Ia menuliskan asal usul nama dan cerita mengenai Padalarang ini, ia mengutip dari Dongeng-Dongeng Sunda Kabupaten Bandung yang di kumpulkan oleh Maryati Sastrawijaya, Kalsum, dan Kahyuna, terbit tahun 1988, yang ada kaitannya nama Padalarang dengan Dipati Ukur. “Disebutkan bahwa seorang warga bernama Ahmad Suteja, lahir tahun 1937, yang tinggal di Desa Jaya Mekar, mengisahkan kaitan nama Padalarangdengan Dipati Ukur. Menurutnya, ketika Dipati Ukur dikejar-kejar oleh tentara Belanda, mereka tiba di wilayah yang sekarang bernama Padalarang, dan mengadakan musyawarah di sana. Pada waktu itu ada sebagian pasukan Dipati Ukur yang melawan perintah Dipati Ukur, sehingga mereka dijatuhi hukuman gantung. Tempat kejadian iu kemudian dinamakan “Kampung Gantungan”. Akibat banyak pasukan yang tewas di gantung, banyak senjata-senjata yang tidak dipergunakan lagi. Karena dianggap merepotkan apabila membawa senjata-senjata tersebut, maka diputuskan bahwa senjata-senjata itu itu akan dikuburkan di dalam tanah agat tidak ditemukan tentara Belanda. Tempat dikuburkannya senjata-senjata berada di daerah Cipadangmanah. Senjata-senjata itu bermacam-macam, seperti keris, tombak, dan pedang. Akibat kejadian tersebut, tempat itu disebut "Padang Larang", tetapi kemudian berubah menjadi "Padalarang”. Kampung Gantungan itu sendiri dekat dengan rumah kontrakan kami dan satu desa dengan saya Desa Jayamekar. Dan,di Kecamatan Padalarang ini terdapat 10 Desa, ada desa Kertamulya, Padalarang, Cimerang, Campamekar, Tagogapu, Ciburuy, Kertajaya, Cipeundeuy, Jaya Mekar, Laksana Mekar. Pabrik Kertas Pertama di Indonesia Di Kecamatan Padalarang terdapat pabrik kertas pertama di Indonesia, yang dikenal NV. Papier Fabrik Padalarang. Berdiri tahun 1922 dengan direktrur Ir. CWJ Hoyer. Pabrik kertas di Padalarang ini merupakan cabang dari NV Papier Fabrik Nijmegen, Belanda, tahun 1935 pabrik kertas di Padalarang ini memiliki cabang di Leces, Probolinggo, Jawa Timur. Ketika tahun 1950, diadakan nasionalisasi peninggalan Belanda, termasuk pabrik kertas di Padalarang, yang kini di kenal PT. Kertas Padalarang.

Takheran jika gunung bromo menjadi salah satu tempat wisata favorit di jawa timur bagi para pengunjung. Mengenai nama, asal usul gunung bromo dalam bahasa jawa ternyata memiliki nilai tersendiri. Sejarah dan legenda gunung bromo serta asal usul rakyat suku tengger. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di.
- Kabupaten Magetan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan Telaga Sarangan-nya. Kabupaten Magetan ini berada di kaki Gunung Lawu sehingga mendapat julukan Kota Kaki Gunung. Secara geografis, Magetan berbatasan dengan Ngawi di utara, Madiun di timur, Ponorogo dan Wonogiri di selatan, dan Karanganyar di juga Telaga Sarangan Magetan Asal-usul, Rute Menuju Lokasi, dan Harga Tiket Luas wilayah Kabupaten Magetan mencapai 688,85 kilometer persegi, dengan dihuni oleh jiwa berdasarkan data tahun 2020. Secara pemerintahan, Kabupaten Magetan memiliki 18 kecamatan dengan 235 desa atau dan Asal-usul Magetan Sejarah Kabupaten Magetan dimulai sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Sebelum berbentuk kabupaten, Magetan disebut sebagai daerah mancanegara Kerajaan Mataram Islam. Namun daerah Magetan sendiri sebenarnya sudah dihuni sejak masa Kerajaan Kediri. Hal itu dapat dibuktikan dengan penemuan artefak dan sisa-sisa peribadatan umat Hindu berupa candi dan petirtaan. Tak hanya itu, Magetan sudah dihuni manusia sejak abad ke-12 juga dibuktikan dengan adanya prasasti menggunakan aksara Kawi dengan ciri penulisan kawi kwadrat yang identik dengan masa Kerajaan Kediri. Baca juga Sejarah dan Asal-usul Tulungagung, Kabupaten Penghasil Marmer yang Berjuluk Seribu Warung Kopi Adajuga yang meyakini bahwa orang bunian ini adalah penunggu telaga dewi yang terdapat di puncak gunung singgalang. Gunung ini mempunyai stastus yang tidak aktif lagi. Gunung talamau tercatat memiliki 13 danau di puncak, sekaligus menjadi gunung dengan danau terbanyak di puncak gunung. Tak heran penampakan alam ini menjadi maskot gunung ini. Sebelum adanya pistol atau senapan, senjata tajam adalah pilihan utama bagi para tentara yang pergi berperang. Salah satu yang paling utama adalah pedang. Dengan pedang, para tentara dapat dengan efektif menebas para musuh dalam pertarungan satu lawan ketajamannya, pedang yang dibawa melambangkan kuasa dan otoritas yang menciutkan nyali para lawan. Oleh karena itu, para penguasa zaman dulu juga terkenal akan senjata yang dibawanya ke medan pedang-pedang yang terkenal di seluruh dunia yang selain karena ketajamannya, juga karena Khopeshilustrasi Khopesh kita mulai daftar ini dengan pedang bernama Khopesh. Kamu belum pernah mendengar tentang pedang Khopesh? Tidak apa-apa! Kali ini, kamu akan belajar adalah salah satu pedang paling berpengaruh yang muncul pada Zaman Perunggu. Ditempa sejak masa Kerajaan Baru Mesir, pedang khopesh - yang berakar dari kata "ḫpš" yang berarti "kaki" sesuai bentuknya - memiliki sabit pengait di luar bilah pedangnya. Selain Mesir, pedang Khopesh juga dipakai oleh kaum interpretasi "Prasasti Hering" Stele of the Vultures, Raja Sumeria, Eannatum dari Lagash, digambarkan menggunakan khopesh dalam peperangan; sehingga, pedang tersebut bisa ditelusuri asalnya hingga 2500 SM. Jika orang Sumeria juga memakainya, kenapa sejarah mencatat pedang ini berasal dari Mesir?Pedang ini biasanya ditempa dari perunggu dengan panjang 50 cm hingga 60 cm dan diyakini datang ke Mesir melalui para saudagar dari Timur periode Kerajaan Baru Mesir, khopesh menjadi senjata militer wajib dan disukai karena kemampuannya dalam pertarungan jarak dekat. Oleh karena itu, senjata ini jadi terkenal dari tentara Mesir menggunakan sabit khopesh yang tumpul untuk merebut perisai musuh agar lebih mudah ditebas; jadi, hanya bilah dalamnya saja yang diasah. Selain itu, tentara Mesir mengganti khopesh perunggu menjadi besi untuk meningkatkan daya militer, khopesh juga memiliki nilai sakral dalam kebudayaan Mesir. Pedang ini sering digambarkan dalam seni hieroglif atau dimasukkan ke dalam sarkofagus figur Mesir terkemuka, terutama para Firaun. Salah satu contohnya adalah Firaun Tutankhamun yang dimakamkan bersama dua pedang khopesh dengan ukuran khopesh akhirnya tidak dipakai lagi sekitar abad ke-12 Ulfberhtilustrasi Ulfberht tahu pedang yang terlihat dipakai oleh para ksatria dari Britania Raya? Bagaimana jika ternyata, pedang tersebut adalah pedang milik kaum Viking? Ya, pedang Ulfberht dari abad ke-9 adalah senjata yang menjadi saksi bisu keganasan kaum Viking saat menjarah benua hanya beberapa dari tentara Viking terpilih yang membawa pedang, bukti sejarah menunjukkan bahwa pedang tersebut bilah yang terlalu... "modern" untuk zamannya. Uniknya, pedang ini diukir dengan tulisan "+VLFBERH+T" atau "+VLFBERHT+". Oleh karena itulah, namanya disebut "Ulfberht ".Pedang Ulfberht ditempa dari baja karbon tinggi dan terkenal karena daya serang, fleksibilitas, dan ketajamannya yang melebihi pedang di zamannya. Dari segi ukuran, Ulfberht memiliki panjang 91 cm dan berat yang cukup ringan, 1,2 kg!Terdapat sekitar 170 pedang Ulfberht yang berasal dari abad ke-9 hingga abad ke-11 Masehi. Kebanyakan dari pedang Ulfberht berasal dari Norwegia dan Finlandia. Ulfberht kemudian bak ditelan Bumi, menghilang dari benua Eropa hingga muncul kembali saat Revolusi Industri 1760 - 1850. Baca Juga Fakta Pedang Damaskus, Pedang Terkuat Sepanjang Sejarah 3. Katanailustrasi katana apa yang pas untuk menggambarkan kebudayaan Jepang, terutama para Samurai dan Ninja? Tentu saja, pedang katana! Pertama kali dikembangkan pada zaman Muromachi 1336 - 1573, pedang katana menjadi senjata pilihan para samurai yang mengabdi untuk melindungi para Katana nama pedangnya, samurai adalah orang yang menggunakannya! Jangan terbalik lagi!Pada masa itu, samurai terbaik dikenal karena kemampuan untuk menebas musuh dengan sekali tebas. Baik untuk para samurai dan masyarakat Jepang dari dulu hingga sekarang, katana dihormati sebagai suatu karya seni yang katana yang paling terkenal hingga saat ini "Honjo Masamune". Sebenarnya, katana ini bernama "Masamune" dan dianggap sebagai "sesepuh" katana. Masamune ditempa sekitar abad ke-13 atau ke-14 oleh pengrajin pedang legendaris, Goro Nyudo dari mana nama "Honjo"? Dianggap sebagai salah satu bilah Jepang paling indah yang pernah dibuat di masa Keshogunan Tokugawa, pedang itu jatuh ke tangan Honjo Shigenaga, seorang samurai suruhan Uesugi Kenshin, pada abad Masamune kemudian terus diwariskan hingga akhirnya hilang pada masa Perang Dunia II PD II setelah dipegang oleh Tokugawa Iemasa. Pada 1939, Jepang menyatakan Honjo Masamune sebagai Pusaka Nasional. Untuk menambah aspek legendarisnya, hingga saat ini, Honjo Masamune belum Gladiusilustrasi Gladius pemimpin yang ambisius, Kekaisaran Romawi juga terkenal akan tentaranya dan senjata mereka, pedang gladius. Beberapa belati militer zaman sekarang juga terinspirasi oleh bentuk gladius. Bagaimana kisahnya?Sejak reformasi yang dilakukan oleh Gaius Marius pada 107 SM, pedang gladius menjadi salah satu senjata wajib para tentara Romawi wajib dilengkapi oleh tombak scutum, lembing pila, belati pugio, dan anak panah plumbatae.Tidak kalah dari tombak dan perisai mereka yang indah, gladius ikut membantu tentara legiun Romawi untuk menaklukkan Cekungan gladius berevolusi selama berabad-abad. Tetapi, gladius umumnya memiliki ujung yang tajam dan bilah pedang yang kokoh hasil tempaan dari baja bermutu tinggi. Gladius sendiri memiliki berat 1 kg dan panjang hingga 85 cm dengan bilah sepanjang 68 untuk menikam musuh, gladius memang paling efektif ketika digunakan dalam formasi di mana para tentara Romawi harus melindungi diri mereka sendiri dengan perisai sambil melakukan tikaman berulang-ulang terhadap serbuan musuh. Akan tetapi, tidak jarang juga gladius digunakan untuk menebas bukunya yang berjudul "From Sumer to Rome" pada 1991, sejarawan Richard A. Gabriel dan Karen S. Metz menganggap pedang gladius sebagai salah satu senjata yang memakan korban terbanyak sebelum ditemukannya senapan. "Di tangan serdadu Romawi yang sangat terlatih, gladius adalah senjata paling mematikan dari semua senjata yang diproduksi oleh tentara kuno. Pedang ini menewaskan lebih banyak tentara daripada senjata lain dalam sejarah, sampai penemuan senapan," tulis Gabriel dan Metz. 5. Falcatailustrasi falcata VictoryPedang paling terkenal dalam sejarah terakhir di daftar ini adalah pedang falcata. Kamu belum pernah mendengar pedang ini? Tidak apa-apa!Tetapi, kalau kamu melihat bentuk pedang ini, mungkin kamu akan teringat dengan pedang yang dipakai pasukan Sparta dalam menghalau pasukan Persia di film "300". Maaf sekali, pedang ini berbeda dengan milik Sparta!Para sejarawan pun maklum, kok! Bentuknya memang mirip dengan kopis, pedang yang digunakan oleh para tentara Sparta dari falcata adalah pedang yang digunakan oleh prajurit Celtiberia di sebelah selatan Semenanjung Iberia sekarang Spanyol. Nama falcata berasal dari bahasa Latin "falcatus" yang berarti "berbentuk elang".Dibuat dari besi atau baja berkualitas tinggi, bilah falcata dibuat unik bilah bermata tunggal berdekatan dengan gagang, dan bilah bermata dua dibuat di dekat ujungnya. Falcata dirancang untuk menggabungkan kekuatan memotong bak kapak dengan kemampuan menebas bak Perang Punisia Kedua, falcata mendapatkan reputasinya di mata jenderal Hannibal, sampai-sampai ia menyuruh seluruh pasukan Kartago-nya agar memakai falcata sebagai senjata untuk pertarungan jarak dekat, Hannibal juga patut berterima kasih pada falcata saat mengalahkan pasukan Romawi di Cannae pada 216 SM selain karena taktiknya yang pedang-pedang yang ikut membentuk sejarah bersama persenjataan lainnya. Menurutmu, manakah pedang yang kamu tahu? Atau, pedang manakah yang menurutmu paling mengesankan baik dalam segi desain dan daya serang? Yuk, bagikan opinimu! Baca Juga 11 Hal Tak Terungkap tentang Excalibur, Pedang Milik King Arthur
asal usul pedang di gunung padalarang
Bacajuga: Telaga Sarangan Magetan: Asal-usul, Rute Menuju Lokasi, dan Harga Tiket. Luas wilayah Kabupaten Magetan mencapai 688,85 kilometer persegi, dengan dihuni oleh 670.810 jiwa berdasarkan data tahun 2020. Secara pemerintahan, Kabupaten Magetan memiliki 18 kecamatan dengan 235 desa atau kelurahan. Sejarah dan Asal-usul Magetan Tahukah Anda Bandung dulunya adalah sebuah gunung raksasa yang meletus kemudian menjadi kawah raksasa? Dan warga Bandung sekarang tinggal di kawah itu. Berdasarkan penelitian dan ditenggarai ditemukannya bukti-bukti alam terbentuknya daratan Bandung purba yang sangat berharga. Di antaranya kars batu kapur di Citatah, Padalarang, Kab. Bandung Barat, sebagai bukti daerah itu pada zaman Miosen awal 23 – 17 juta tahun lalu pantai utara pantura ada di sana. Kini kawasan itu dikenal antara lain dengan Karangpanganten, Karanghawu, Pasir Bukit Pabeasan, dll. Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” BandungBasin. Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau Koesoemadinata, 2001. Van Bemmelen, 1935, meneliti sejarah geologi Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkapan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api-gunung api di sekitar Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci menjelaskan, sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman Miosen sekitar 20 juta tahun yang lalu. Saat itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba. Bukit pegunungan api diyakini masih berada di daerah sekitar Pegunungan Selatan Jawa. Sekitar 14 juta sampai 2 juta tahun yang lalu, laut diangkat secara tektonik dan menjadi daerah pegunungan yang kemudian 4 juta tahun yang lalu dilanda dengan aktivitas gunung api yang menghasilkan bukit-bukit yang menjurus utara selatan antara Bandung dan Cimahi, antara lain Pasir Selacau. Pada 2 juta tahun yang lalu aktivitas vulkanik ini bergeser ke utara dan membentuk gunung api purba yang dinamai Gunung Sunda, yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3000 m di atas permukaaan air laut. Sisa gunung purba raksasa ini sekarang adalah punggung bukit. Sekitar Situ Lembang salah satu kerucut sampingan sekarang disebut Gunung Sunda dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba ini. Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara Bandung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai Gunung Malangyang, yang oleh van Bemmelen 1935, 1949 disebut sebagai Blok Pulasari. Pada lereng ini terutama ditemukan situs-situs artefak, yang diteliti lebih lanjut oleh Rothpletz pada zaman Jepang dan pendudukan Belanda di Masa Perang Kemerdekaaan. Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini adalah Bukit Putri di sebelah timur laut Lembang Koesoemadinata, 2001. Gunung Sunda Purba itu kemudian runtuh, dan membentuk suatu kaldera kawah besar yang berukuran 5-10 km yang ditengahnya lahir Gunung Tangkuban Parahu, yang disebutnya dari Erupsi A dari Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya patahan Lembang sampai Gunung Malangyang, dan memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian ini diperkirakan van Bemmelen 1949 terjadi sekitar tahun yang lalu. Suatu erupsi cataclysmic kedua terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu berupa suatu banjir abu panas yang melanda bagian utara Bandung lereng Gunung Sunda Purba sebelah barat Sungai Cikapundung sampai sekitar Padalarang di mana Sungai Citarum Purba mengalir ke luar dataran tinggi Bandung. Banjir abu vulkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum Purba, dan terbentuklah Danau Bandung. Tahun 90-an, Dam dan Suparan 1992 dari Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentarikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/Th disequilibirum. Dam melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sedimen Danau Bandung dari 2 lubang bor masing-masing sedalam 60 m di Bojongsoang Kabupaten Bandung dan sedalam 104 m di Sukamanah Kabupaten Bandung; melakukan pentarikhan dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/Th disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar Bandung. Berbeda dengan Sunardi 1997 yang mendasarkan penelitiannnya atas pengamatan paleomagnetisme dan pentarikhan radiometri dengan metode K-Ar. Simpulan penting adalah bahwa pentarikhan kejadian-kejadian ini jauh lebih tua daripada diperkirakan oleh van Bemmelen 1949, kecuali periode pembentukanGunung Sunda Purba serta kejadian-kejadian sebelumnya. Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik van der Krass dan Dam, 1994. Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung bukan disebabkan oleh suatu peristiwa ledakan Gunung Sunda atau Tangkuban Parahu, tetapi mungkin karena penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA kilo-annum/ribu tahun yang lalu Dam et al, 1996. Keberadaan Gunung Sunda Purba dipastikan antara 2 juta sampai 100 juta tahun yang lalu berdasarkan pentarikhan batuan beku aliran lava, antara lain di Batunyusun timur laut Dago Pakar di Pulasari Schol 1200 juta tahun, Batugantung Lembang 506 kA ribu tahun dan di Maribaya 182 dan 222 kA. Memang suatu erupsi besar kataklismik cataclysmic terjadi pada 105 ribu tahun yang lalu, berupa erupsi Plinian yang menghasilkan aliran besar dari debu panas yang melanda bagian baratlaut Bandung dan membentuk penghalang topografi yang baru di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang mempertajam pembentukan danau Bandung. Erupsi besar ini diikuti dengan pembentukan kaldera atau runtuhnya Gunung Sunda yang diikuti lahirnya Gunung Tangkuban Parahu beberapa ratus atau ribu kemudian, yang menghasilkan aliran lava di Curug Panganten Kota CImahi 62 ribu tahun yang lalu, sedangkan sedimentasi di danau Bandung berjalan terus. Suatu ledakan gunung api cataclysmic kedua terjadi antara 55 dan 50 ribu tahun yang lalu, juga berupa erupsi Plinian dan melanda Bandung barat laut, sedangkan aliran-aliran lava di Curug Dago dan Kasomalang Subang, terjadi masing-masing 41 dan 39 ribu tahun yang lalu. Sementara itu, sedimentasi di Danau Bandung berjalan terus, antara lain pembentukan suatu kipas delta purba yang kini ditempati oleh Kota Bandung pada permukaan danau tertinggi. Akhir dari Danau Bandung pun dapat ditentukan pentarikhannya yaitu 16 ribu tahun yang lalu. Asal-Usul Bandung Mengenai asal-usul nama "Bandung", dikemukakan berbagai pendapat. Sebagian mengatakan bahwa, kata "bandung" dalam bahasa Sunda, identik dengan kata "banding" yang mana dalam Bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabanding Sunda berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka 1994 dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia 1996, bahwa kata bandung berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan. Pendapat lain mengatakan, bahwa kata "bandung" mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng berarti genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi Bandung. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kata Bandung berasal dari kata bendung. Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata Bandung, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen ± 6000 tahun yang lalu. Akibatnya, daerah antara Padalarang Kabupaten Bandung Barat sampai Cicalengka Kabupaten Bandung ± 30 kilometer dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat sampai Soreang Kabupaten Bandung ± 50 kilometer terendam menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan Danau Bandung atau Danau Bandung Purba. Berdasarkan hasil penelitian geologi, air Danau Bandung diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum ± 8000 - 7000 sebelum Masehi. Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad. Secara historis, kata atau nama Bandung mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung sekitar decade ketiga abad ke-17. Dengan demikian, sebutan Danau Bandung terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Bandung. Berdirinya Kabupaten Kontraktor Bor Pileebelum Kabupaten Bandung berdiri, daerah Bandung dikenal dengan sebutan "Tatar Ukur". Menurut naskah Sadjarah Bandung, sebelum Kabupaten Bandung berdiri, Tatar Ukur adalah termasuk daerah Kerajaan Timbanganten dengan ibukota Tegalluar. Kerajaan itu berada dibawah dominasi Kerajaan Sunda-Pajajaran. Sejak pertengahan abad ke-15, Kerajaan Timbanganten diperintah secara turun temurun oleh Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung, dan Dipati Ukur. Pada masa pemerintahan Dipati Ukur, Tatar Ukur merupakan suatu wilayah yang cukup luas, mencakup sebagian besar wilayah Jawa Barat, terdiri atas sembilan daerah yang disebut "Ukur Sasanga". Setelah Kerajaan Sunda-Pajajaran runtuh 1579/1580 akibat gerakan Pasukan banten dalam usaha menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, Tatar Ukur menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, penerus Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sumedanglarang didirikan dan diperintah pertama kali oleh Prabu Geusan Ulun pada 1580-1608, dengan ibukota di Kutamaya, suatu tempat yang terletak sebelah Barat kota Sumedang sekarang. Wilayah kekuasaan kerajaan itu meliputi daerah yang kemudian disebut Priangan, kecuali daerah Galuh sekarang bernama Ciamis. Setelah beberapa serangkaian peristiwa, seperti Kekalahan Dipati Agung dan Pembangkangan Dipati Ukur, daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura dengan cara mengangkat tiga kepala daerah dari Priangan yang dianggap telah berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Ketiga orang kepala daerah dimaksud adalah Ki Astamanggala, umbul Cihaurbeuti diangkat menjadi mantri agung bupati Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tanubaya sebagai bupati Parakanmuncang dan Ngabehi Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha. Ketiga orang itu dilantik secara bersamaan berdasarkan "Piagem Sultan Agung", yang dikeluarkan pada hari Sabtu tanggal 9 Muharam Tahun Alip penanggalan Jawa. Dengan demikian, tanggal 9 Muharam Taun Alip bukan hanya merupakan hari jadi Kabupaten Bandung tetapi sekaligus sebagai hari jadi Kabupaten Sukapura dan Kabupaten Parakanmuncang. Berdirinya Kabupaten Bandung, berarti di daerah Bandung terjadi perubahan terutama dalam bidang pemerintahan. Daerah yang semula merupakan bagian bawahan dari pemerintah kerajaan Kerajaan Sunda-Pajararan kemudian Sumedanglarang dengan status yang tidak jelas, berubah menjadi daerah dengan status administrative yang jelas, yaitu kabupaten. Setelah ketiga bupati tersebut dilantik di pusat pemerintahan Mataram, mereka kembali ke daerah masing-masing. Sadjarah Bandung naskah menyebutkan bahwa Bupati Bandung Tumeggung Wiraangunangun beserta pengikutnya dari Mataram kembali ke Tatar Ukur. Pertama kali mereka dating ke Timbanganten. Di sana bupati Bandung mendapatkan 200 cacah. Selanjutnya Tumenanggung Wiraangunangun bersama rakyatnya membangun Krapyak, sebuah tempat yang terletak di tepi Sungat Citarum dekat muara Sungai Cikapundung, daerah pinggiran Kabupaten Bandung bagian Selatan sebagai Ibukota Kabupaten. Sebagai daerah pusat kabupaten Bandung, Krapyak dan daerah sekitarnya disebut Bumi kur Gede. Wilayah administrative Kabupaten Bandung di bawah pengaruh Mataram hingga akhir abad ke-17, belum diketahui secara pasti, karena sumber akurat yang memuat data tentang hal itu tidak/belum ditemukan. Menurut sumber pribumi, data tahap awal Kabupaten Bandung meliputi beberapa daerah antara lain Tatar Ukur, termasuk daerah Timbanganten, Kuripan, Sagaraherang, dan sebagian Tanahmedang. Boleh jadi, daerah Priangan di luar Wilayah Kabupaten Sumedang, Parakanmuncang, Sukapura dan Galuh, yang semula merupakan wilayah Tatar Ukur Ukur Sasanga pada masa pemerintahan Dipati Ukur, merupakan wilayah administrative Kabupaten Bandung waktu itu. Bila dugaan ini benar, maka Kabupaten Bandung dengan ibukota Krapyak, wilayahnya mencakup daerah Timbanganten, Gandasoli, Adiarsa, Cabangbungin, Banjaran, Cipeujeuh, Majalaya, Cisondari, Rongga, Kopo, Ujungberung dan lain-lain, termasuk daerah Kuripan, Sagaraherang dan Tanahmedang. Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten yang dibentuk Pemerintah Kerajaan Mataram, dan berada di bawah pengaruh penguasa kerajaan tersebut, maka sistem pemerintahan Kabupaten Bandung memiliki sistem pemerintahan Mataram. Bupati memiliki berbagai jenis simbol kebesaran, pengawal khusus dan prajurit bersenjata. Simbol dan atribut itu menambah besar dan kuatnya kekuasaan serta pengaruh Bupati atas rakyatnya. Besarnya kekuasaan dan pengaruh bupati, antara lain ditunjukkan oleh pemilikan hak-hak istimewa yang biasa dmiliki oleh raja. hak-hak dimaksud adalah hak mewariskan jabatan, hak memungut pajak dalam bentuk uang dan barang, hak memperoleh tenaga kerja ngawula, hak berburu dan menangkap ikan dan hak mengadili. Dengan sangat terbatasnya pengawasan langsung dari penguasa Mataram, maka tidaklah heran apabila waktu itu Bupati Bandung khususnya dan Bupati Priangan umumnya berkuasa seperti raja. Ia berkuasa penuh atas rakyat dan daerahnya. Sistem pemerinatahan dan gaya hidup bupati merupakan miniatur dari kehidupan keraton. Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu oleh pejabat-pejabat bawahannya, seperti patih, jaksa, penghulu, demang atau kepala cutak kepala distrik, camat pembantu kepala distrik, patinggi lurah atau kepala desa dan lain-lain. Kabupaten Bandung berada dibawah pengaruh Mataram sampai akhir tahun 1677. Kemudian Kabupaten Bandung jatuh ketangan Kompeni. Hal itu terjadi akibat perjanjian Mataram-Kompeni perjanjian pertama tanggal 19-20 Oktober 1677. Di bawah kekuasaan Kompeni 1677-1799, Bupati Bandung dan Bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan Kompeni. Sistem pemerintahan kabupaten pada dasarnya tidak mengalami perubahan, karena Kompeni hanya menuntut agar bupati mengakui kekuasaan Kompeni, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi tertentu kepada VOC. Dalam hal ini bupati tidak boleh mengadakan hubungan politik dan dagang dengan pihak lain. Satu hal yang berubah adalah jabatan bupati wedana dihilangkan. Sebagai gantinya, Kompeni mengangkat Pangeran Aria Cirebon sebagai pengawas opzigter daerah Cirebon-Priangan Cheribonsche Preangerlandan. Salah satu kewajiban utama bupati terhadap kompeni adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman tertentu, terutama kopi, dan menyerahkan hasilnya. Sistem penanaman wajib itu disebut Preangerstelsel. Sementara itu bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah kekuasaannya. Bupati juga tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan bupati tanpa pertimbangan Bupati Kompeni atau penguasa Kompeni di Cirebon. Agar bupati dapat melaksanakan kewajiban yang disebut terakhir dengan baik, pengaruh bupati dalam bidang keagamaan, termasuk penghasilan dari bidang itu, seperti bagian zakar fitrah, tidak diganggu baik bupati maupun rakyat petani mendapat bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh Kompeni. Bupati-Bupati Bandung Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni-VOC akhir tahun 1779, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak. Selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun temurun oleh enam orang bupati. Tumenggung Wiraangunangun merupakan bupati pertama angkatan Mataram yang memerintah sampai tahun 1681. Lima bupati lainnya adalah bupati angkatan Kompeni yakni Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun 1681-1704, Tumenggung Anggadireja I 1704-1747, Tumenggung Anggadireja II 1747-1763, R. Anggadireja III dengan gelar Wiranatakusumah I 1763-1794 dan Wiranatakusumah II yang memerintah dari tahun 1794 hingga tahun 1829. Pada masa pemerintahan bupati Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke Kota Bandung. Berdirinya Kota Bandung Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati RA Wiranatakusumah II, kekuasaan Kompeni di Nusantara berakhir akibat VOC bangkrut Desember 1799. Kekuasaan di Nusantara selanjutnya diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels 1808-1811. Herman Willem Daendels Sejalan dengan perubahan kekuasaan di Hindia Belanda, situasi dan kondisi Kabupaten Bandung mengalami perubahan. Perubahan yang pertama kali terjadi adalah pemindahan ibukota kabupaten dari Krapyak di bagian Selatan daerah Bandung ke Kota Bandung yang terletak di bagian tengah wilayah kabupaten tersebut. Antara Januari 1800 sampai akhir Desember 1807 di Nusantara umumnya dan di Pulau Jawa khususnya, terjadi vakum kekuasaan asing penjajah, karena walaupun Gubernur Jenderal Kompeni masih ada, tetapi ia sudah tidak memiliki kekuasaan. Bagi para bupati, selama vakum kekuasaan itu berarti hilangnya beban berupa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bagi kepentingan penguasa asing penjajah. Dengan demikian, mereka dapat mencurahkan perhatian bagi kepentingan pemerintahan daerah masing-masing. Hal ini kiranya terjadi pula di Kabupaten Bandung. Menurut naskah Sadjarah Bandung, pada tahun 1809 Bupati Bandung Wiranatakusumah II beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Karapyak ke daerah sebelah Utara dari lahan bakal ibukota. Pada waktu itu lahan bakal Kota Bandung masih berupa hutan, tetapi di sebelah utaranya sudah ada pemukiman, yaitu Kampung Cikapundung Kolot, Kampung Cikalintu, dan Kampung Bogor. Menurut naskah tersebut, Bupati Wiranatakusumah II pindah ke Kota Bandung setelah ia menetap di tempat tinggal sementara selama dua setengah tahun. Semula bupati tinggal di Cikalintu daerah Cipaganti kemudian ia pindah Balubur Hilir. Ketika Deandels meresmikan pembangunan jembatan Cikapundung jembatan di Jl. Asia Afrika dekat Gedung PLN sekarang, Bupati Bandung berada disana. Deandels bersama Bupati melewati jembatan itu kemudian mereka berjalan ke arah timur sampai disuatu tempat depan Kantor Dinas PU Jl. Asia Afrika sekarang. Di tempat itu deandels menancapkan tongkat seraya berkata "Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!" Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!". Rupanya Deandels menghendaki pusat kota Bandung dibangun di tempat itu. Sebagai tindak lanjut dari ucapannya itu, Deandels meminta Bupati Bandung dan Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke dekat Jalan Raya Pos. Permintaan Deandels itu disampaikan melalui surat tertanggal 25 Mei 1810. Pindahnya Kabupaten Bandung ke Kota Bandung bersamaan dengan pengangkatan Raden Suria menjadi Patih Parakanmuncang. Kedua momentum tersebut dikukuhkan dengan besluit surat keputusan tanggal 25 September 1810. Tanggal ini juga merupakan tanggal Surat Keputusan besluit, maka secara yuridis formal dejure ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung. Boleh jadi bupati mulai berkedudukan di Kota Bandung setelah di sana terlebih dahulu berdiri bangunan pendopo kabupaten. Dapat dipastikan pendopo kabupaten merupakan bangunan pertama yang dibangun untuk pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Bandung. Berdasarkan data dari berbagai sumber, pembangunan Kota Bandung sepenuhnya dilakukan oleh sejumlah rakyat Bandung dibawah pimpinan Bupati Wiranatakusumah II. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa bupati Wiranatakusumah II adalah pendiri the founding father kota Bandung. Berkembangnya Kota Bandung dan letaknya yang strategis yang berada di bagian tengah Priangan, telah mendorong timbulnya gagasan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1856 untuk memindahkan Ibukota Keresiden priangan dari Cianjur ke Bandung. Gagasan tersebut karena berbagai hal baru direalisasikan pada tahun 1864. Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Agustus 1864 Kota Bandung ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Keresidenan Priangan. Dengan demikian, sejak saat itu Kota Bandung memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai Ibukota Kabupaten Bandung sekaligus sebagai ibukota Keresidenan Priangan. Pada waktu itu yang menjadi Bupati Bandung adalah Wiranatakusumah IV 1846-1874. Sejalan dengan perkembangan fungsinya, di Kota Bandung dibangun gedung keresidenan di daerah Cicendo sekarang menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat dan sebuah hotel pemerintah. Gedung keresidenan selesai dibangun tahun 1867. Perkembangan Kota Bandung terjadi setelah beroperasi transportasi kereta api dari dan ke kota Bandung sejak tahun 1884. Karena Kota Bandung berfungsi sebagai pusat kegiatan transportasi kereta api "Lin Barat", maka telah mendorong berkembangnya kehidupan di Kota Bandung dengan meningkatnya penduduk dari tahun ke tahun. Di penghujung abad ke-19, penduduk golongan Eropa jumlahnya sudah mencapai ribuan orang dan menuntut adanya lembaga otonom yang dapat mengurus kepentingan mereka. Sementara itu pemerintah pusat menyadari kegagalan pelaksanaan sistem pemerintahan sentralistis berikut dampaknya. Karenanya, pemerintah sampai pada kebijakan untuk mengganti sistem pemerintahan dengan sistem desentralisasi, bukan hanya desentralisasi dalam bidang keuangan, tetapi juga desentralisasi dalam pemberian hak otonomi bidang pemerintahan zelfbestuur. Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Bandung di bawah pimpinan Bupati RAA Martanagara 1893-1918 menyambut baik gagasan pemerintah kolonial tersebut. Berlangsungnya pemerintahan otonomi di Kota Bandung, berarti pemerintah kabupaten mendapat dana budget khusus dari pemerintah kolonial yang sebelumnya tidak pernah ada. Berdasarkan Undang-undang Desentralisasi Decentralisatiewet yang dikeluarkan tahun 1903 dan Surat Keputusan tentang desentralisasi Decentralisasi Besluit serta Ordonansi Dewan Lokal Locale Raden Ordonantie sejak tanggal 1 April 1906 ditetapkan sebagai gemeente kotapraja yang berpemerintahan otonomom. Ketetapan itu semakin memperkuat fungsi Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan, terutama pemerintahan Kolonial Belanda di Kota Bandung. Semula Gemeente Bandung. Dipimpin oleh Asisten Residen priangan selaku Ketua Dewan Kota Gemeenteraad, tetapi sejak tahun 1913 gemeente dipimpin oleh burgemeester walikota. PedangRaksasa Citatah Gunung Manik Bandung BaratMisteri Asal Mula Tertancapnya Pedang Raksasa Di Gunung Manik Bandung Barat#pedangraksasa #ceritarakyat @de Home Penemuan Senin, 28 Maret 2022 - 2124 WIBloading... Senjata pedang dan perkembangannya. FOTO/ IST A A A JAKARTA - Pedang adalah senjata paling kuno di dunia. Diketahui, pedang diciptakan pertama kali di Zaman Perunggu sebagai evolusi dari belati. Kemungkinan besar pedang dibuat saat peradaban kuno mengetahui cara menambang dan mengolah logam. Sekitar 1900 SM, tembaga telah menyebar ke seluruh Eropa dan dibuatlah pedang berbahan dasar tembaga. Baca Juga Paduan tembaga dengan timah menghasilkan perunggu. Kemudian orang Mesir membuat pedang perunggu sekitar tahun 2500 SM dengan memanaskan batangan perunggu, lalu ditimpa dan dipalu berulang kali hingga menghasilkan sebuah bilah. Bila ini lalu dirakit dengan gagang untuk menjadi pegangan dan menahan bilah, dibuat dari pegangan kayu, kemudian dibungkus dengan kulit atau atau kawat logam. Gagang berbentuk salib sederhana pada abad pertengahan. Akan tetapi, pada awal abad ke-15, pelindung silang dimodifikasi untuk membuat permainan pedang yang lebih canggih dan melindungi tangan dengan lebih baik. Bangsa Romawi menggunakan pedang bilah ganda untuk melakukan pertarungan tangan kosong. Pedang dengan ukuran lebih besar digunakan saat bertarung di atas kuda dan populer di Eropa Barat pada abad ke-3. Bangsa Viking dan Saxon dikatakan sebagai ahli pedang terkemuka dan mereka mahir dalam peleburan besi dan mendekorasi bilah pedang. Di abad pertengahan, pedang menjadi senjata favorit ksatria berbaju besi. Pedang mereka terbuat dari baja dan sangat tajam, hingga mampu memotong manusia menjadi dua. Pedang terkuat yang pernah dibuat adalah senjata samurai di Jepang. Memasuki abad kedelapan hingga akhir periode feodal di abad kesembilan belas, pandai besi Jepang membuat pedang dengan teknik mengelas potongan besi dan baja bersamaan, kemudian ditumbuk. Proses tersebut diulangi sebanyak 12-28 kali hingga menghasilkan pedang dengan bilah yang sangat tajam dan mampu menembus senapan mesin. pembuat pedang senjata senjata tajam benda kuno senjata maritim Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 42 menit yang lalu 2 jam yang lalu 4 jam yang lalu 5 jam yang lalu 6 jam yang lalu 6 jam yang lalu curR.
  • gmnw86jxln.pages.dev/145
  • gmnw86jxln.pages.dev/156
  • gmnw86jxln.pages.dev/129
  • gmnw86jxln.pages.dev/272
  • gmnw86jxln.pages.dev/21
  • gmnw86jxln.pages.dev/35
  • gmnw86jxln.pages.dev/220
  • gmnw86jxln.pages.dev/354
  • gmnw86jxln.pages.dev/287
  • asal usul pedang di gunung padalarang